BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan atau Leadership merupakan
proses pengaruh atau mem-pengaruhi antar pribadi atau antar orang dalam situasi
tertentu. Menurut George R. Terry, sebagaimana dikutip oleh Sardjuli, Leadership
is the relationship in which one person, or the leader, influences others to
work together willingly on related tasks to attain that whick the leader
desires.[1]
Term kepemimpinan tak lepas dari unsur influencer,
yakni yang mem-pengaruhi dan influence, yakni yang dipengaruhi.
Sardjuli menyimpulkan, ada beberapa unsur pokok kepemimpinan, yaitu:
1.
Adanya interaksi, yaitu hubungan timbale
balik saling mempengaruhi antar anggota dalam kelompok.
2.
Adanya pemimpin,yaitu orang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain mau berbuat atau bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama dan mampu membina serta mengembangkan interaksi
antar anggota dalam kelompok.
3.
Adanya terpimpin atau pengikut, yaitu
menerima pengaruh.
4.
adanya sarana atau alat untuk
mempengaruhi orang lain dan untuk menjalin serta meningkatkan integritas
kelompok, sehingga mereka secara sadar dan ikhlas mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.
5.
Adanya tujuan yang akan dicapai bersama.[2]
Dalam makalah ini, lebih khusus akan membahasan
kepemimpinan (leadership) dalam manajemen pendidikan. Pelbagai
pertanyaan, seperti: tion, karya Tony Bush dan Marianne Coleman dan
buku-buku lain yang mendukungnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep Kepemimpinan dalam Kultur (budaya)
Konsep kepemimpinan sangat kompleks dan
mengalami perkembangan. Tulisan-tulisan tentang kepemimpinan kebanyakan disadur
dari kultur Barat, khususnya dari Amerika Utara. Namun, kepemimpinan dipahami
secara berbeda dalam kultur yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan
banyak upaya untuk mempelajari dan memahami kepemimpinan dari sudut pandang
kultural.
Hofstrede (1980; 1991) telah melakukan
penelitian tentang pentingnya variabel-variabel berikut dalam suatu kultur :
1.
Individualism, otonomi
individu versus tanggungjawab terhadap kelompok
2.
Masculinity, bagaimana
peranan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dibedakan.
3.
Powerdistance, bagaimana
terjadi ketidaksamaan
4.
Uncertainly avoidance, tingkat
perhatian terhadap hukum dan aturan.
Uraian tentang variable tersebut di atas,
menunjukkan bagaimana ia menjadi relevan dengan cara-cara kepemimpinan dalam
masyarakat yang berbeda-beda. Misalnya, dari 53 negara, Amerika Serikat,
Australia, dan Inggris Raya menduduki peringkat pertama, negara kedua dan
ketiga memiliki ciri masyarakat individualistis.
Berbeda lagi dengan Hongkong, Singapura,
Malaysia, dan Thailand yang memiliki cirri masyarakat kolektif. Mereka
cenderung mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu.
Dari wacana di atas, pola hubungan power
distance antara negara Barat dan Timur memiliki perbedaan yang tajam.
Perbedaan tersebut terletak pada ketidaksamaan dalam kekuasaan (power),
peran individu, peran gender, toleransi terhadap tingkat perhatian pada hukum
dan aturan. Perbedaan tersebut sangat penting diketahui untuk memahami
bagaimana perbedaan peran pemimpin dalam kultur yang berbeda.
B.
Kepemimpinan dan Manajemen.
Kepemimpinan dan manajemen bukanlah merupakan
terma yang sinonim. Seseorang bisa menjadi pemimpin tanpa harus menjadi
manajer. Misalnya seseorang bisa melaksanakan fungsi-fungsi simbolik,
inspirasional, educational, normative kepemimpinan dalammerepresentasikan
kepentingan organisasi tanpa harus melaksanakan fungsi manajemen. Sebaliknya,
seseorang bisa menjadi manajer tanpa harus menjadi pemimpin.
Dengan demikian, kepemimpinan diidentikkan
dengan visi dan nilai-nilai, sedangkan manajemen diidentikkan dengan proses dan
struktur.
- Seni Kepemimpinan
Seni bisa berarti ketrampilan intuitif, “tahu
melaksanakan”, namun juga mengindikasikan “refleksi aksi”. Refleksi tentang
aksi manajer/pemimpin dilakukan dalam
konteks kultur sebuah organisasi yang berperan seperti
wadah pengalaman masa lampau, organisasi menjadi gudang pengetahuan kumulatif
yang dikembangkan. Dengan demikian, organisasi dan kulturnya mungkin bisa
membuat perubahan menjadi kondusif atau sebaliknya.
- Manajemen Taktis dan Strategis
Perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan dapat
dikaitkan dengan pembedaan antara kepemimpinan taktis dan strategis sebagaimana
disampaikan Sergiovanni.
Menurut Sergiovanni (1984) kepemimpinan taktis mencakup
analisis terhadap kegiatan administratif dengan skala kecil, namun memberikan
perhatian pada tujuan secara lebih besar. Berbeda dengan kepemimpinan
strategis, merupakan seni dan ilmu yang memfokuskan perhatiannya pada
kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan dengan rencana-rencana jangka panjang.
- Ketentuan Kepemimpinan
Menurut Bennis (1984) seorang pemimpin secara umum concern
terhadap upaya untuk melakukan sesuatu yang benar dan tidak concern terhadap
upaya untuk melakukan sesuatu dengan benar.
- Kekuatan Kepemimpinan
Menurut Sergiovanni (1984) ada lima kekuatan kepemimpinan
secara hirarkis, yakni :
a.
Teknis, yaitu
teknik-teknik manajemen. Pemimpin menjadi penggerak manajemen.
b.
Manusia, yaitu sumber daya
sosial dan interpersonal. Pemimpin sebagai penggerak manusia.
c.
Pendidikan, yaitu
kepakaran di bidang pendidikan. Pemimpin bertindak sebagai praktisi klinis.
d.
Simbolik, yaitu
memfokuskan perhatian pada hal yang penting. Pemimpin sebagai ketua.
e.
Kultural, yaitu membangun
sebuah kultur sekolah yang unik. Pemimpin sebagai tokoh spiritual.
Dengan demikian, para pemimpin sekolah mempunyai tanggung
jawab yang memiliki implikasi yang besar terhadap perbaikan dan peningkatan
yang dialami sekolah tersebut. Secara khusus, pemimpin diasosiasikan dengan
pengembangan dan pengomunikasian sebuah visi sekolah. Oleh karena itu, pemimpin
diharapkan mampu mendorong dan meningkatkan keterlibatan dan pemahaman staf.
C. Teori dan
Praktek
Perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen dapat
menyembunyikan fakta bahwa banyak pemimpin yang menghabiskan waktunya untuk
mengerjakan sesuatu yang sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai pekerjaan
administratif. Secara praksis pekerjaan administratif merupakan
pekerjaan menajer. Di sinilah, menurut teori dan praktek, sering terjadi
disposition antara pekerjaan seorang pemimpin dengan manajer.
Ada dua
cara penting untuk menganalisa pola-pola kepemimpinan. Pertama, adalah
pembedaan antara otokrasi dan demonstrasi, cara ini diasosiasikan dengan
penelitian Tennenbaum dan Schimdt (1973); cara kedua, adalah didasarkan
pada dominasi relatif yang ada dalam diri seorang pemimpin, yaitu tentang
’perhatiannya terhadap orang dan hubungan-hubungan’ atau ’perhatiannya terhadap
produksi atau hasil’; teori ini diasosiasikan dengan penelitian Blake dan
Mouton (1964).
Konsep-konsep
ini sangat membantu dalam menguji kepemimpinan dalam teori organisasi, yang
menekankan pada teori-teori situsional dan kontingensi. Teori-teori tersebut
mengakui pentingnya interaksi pemimpin dan lingkungannya: ’mereka mengakui
bahwa pola dan sikap kepemimpinan yang tepat dan sukses akan berbeda-beda
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.[3]
Hal ini
menegasi bahwa pola kepemimpinan dalam suatu kelompok di-sesuaikan dengan
situasi dan kondisinya. Misalnya, kepemimpinan di Sekolah, berbeda dengan
kepemimpinan di madrasah ataupun pesantren. Walaupun kepemimpinan sangat
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, ada dimensi lain dalam kepemimpinan yang
baik, khususnya dalam lingkungan pendidikan, misalnya: pentingnya visi, manfaat
kepemimpinan transformasional, menempatkan pendidikan anak didik dan murid pada
posisi utama dalam perencanaan dan manajemen, dan dimensi moral dan etis
kepemimpinan dalam pendidikan. Lebih dari itu, kepemimpinan dalam pendidikan
mengalami banyak tantangan bersamaan dengan maraknya otonomi sekolah.
Sifat dan watak kepemimpinan dalam manajemen pendidikan
ditinjau dengan konsep visi, dapat digeneralisasikan sebagai berikut;
1.
Penekanan harus diberikan
pada kepemimpinan transformasional daripada transaksional
2.
Pemimpin yang terkemuka
memiliki sebuah visi bagi organisasinya.
3.
Visi harus dikomunikasikan
dengan suatu cara yang dapat menjaga komitmen para anggotanya organisasi.
4.
Komunikasi visi memerlukan
komunikasi makna.
5.
Isu-isu nilai – ’apa yang
seharusnya’ – adalah utama bagi kepemimpinan.
6.
Pemimpin memiliki peranan
penting dalam mengembangkan kultur organisasi.
7.
Studi tentang
sekolah-sekolah terkemuka memberikan dorongan untuk melaksanakan school
based management dan collaborative decision-making.
8.
Terdapat banyak kekuatan
kepemimpinan – teknis, manusia, pendidikan, simbolik, dan semuanya itu harus
dihilangkan dalam sekolah.
9.
Perhatian harus diberikan
kepada institusionalasasi visi jika kepemimpinan jenis transformatif ingin
sukses.
10.
Kualitas stereotip
’laki-laki’ dan ’perempuan’ sangat penting dalam kepemimpinan, tanpa
menghiraukan jenis kelamin.[4]
KESIMPULAN
ada
beberapa unsur pokok kepemimpinan, yaitu:
1.
Adanya interaksi, yaitu hubungan timbale
balik saling mempengaruhi antar anggota dalam kelompok.
2.
Adanya pemimpin,yaitu orang yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain mau berbuat atau bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama dan mampu membina serta mengembangkan interaksi
antar anggota dalam kelompok.
3.
Adanya terpimpin atau pengikut, yaitu
menerima pengaruh.
4.
adanya sarana atau alat untuk
mempengaruhi orang lain dan untuk menjalin serta meningkatkan integritas
kelompok, sehingga mereka secara sadar dan ikhlas mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.
5.
Adanya tujuan yang akan dicapai bersama
Ada dua cara penting untuk menganalisa pola-pola
kepemimpinan. Pertama, adalah pembedaan antara otokrasi dan demonstrasi.
cara kedua, adalah didasarkan pada dominasi relatif yang ada dalam diri
seorang pemimpin, yaitu tentang ’perhatiannya terhadap orang dan
hubungan-hubungan’ atau ’perhatiannya terhadap produksi atau hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Djohar, Pengembangan Pendidikan Nasional
Menyongsong Masa Depan, (Yogyakarta: CV. Grafika Indah, 2006)
E.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005)
Sardjuli,
Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Solo: Era Intermedia, 2001)
Tony Bush dan Marianne Coleman, Leadership
dan Strategic Management in Education, (London: Paul Chapman Publishing
Ltd, 2000) atau edisi terjemahan oleh. Fahrurrozi dalam Manajemen Strategis
Kepemimpinan Pendidikan, ( Yohyakarta: IRCiSod, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar